Binggung Jam segini liat tayangan tivi yang semakin gak jelas, kondisi diluar yang sangat hening karna sehabis hujan dan tanggal tua yang tak kunjung muda dan ditambah data yang kunjung semakin membosankan ketika mulai membuka folder yang judulnya “skripsi”.
Segera Move on, buka drive E,
klik folder images dan mata saya langsung tertuju ke folder Manokwari..hmm kangen mereka disana.. Sa kangen
Pustu, sa kangen Paurus, Arekson, Nervis, dan juga mandi di bendungan
Prafi..Yes, kalo diingat terus memori ini gak bakalan bisa ilang. Sangat berkesan
sekali hampir 2 bulan di Nusantara Timur..
Udah cukup kangen-kangenan, kali
ini ane mau coba mengungkit ke permukaan tentang salah satu budaya khas dari
Papua. Budaya itu biasa disebut BARAPEN. Pengalaman berharga ini ane dapat ketika ane ke
salah satu distrik di Manokwari. Distrik itu bernama Indisey untuk melaksanakan
satu satu bakti mahasiwa ke masyarakat, yakni KKN.
Mungkin ada yang belom tau apa itu barapen
(kalo ada yang udah diam aje yah)..Baiklah ane coba ngejelasin sedikit tentang
apa itu Barapen. Barapen adalah salah satu budaya masak-memasak asli dari
Papua. Budaya ini juga biasa disebut “Bakar Batu”. Yah bakar batu, jadi cara
memasaknya bukan menggunakan kompor ataupun berbahan bakar lain. Batu itu
disusun dan ditumpuk satu dengan lainnya (dibagian dasar) setelah itu bahan
makanan seperti daging (biasanya daging babi) petatas atau umbi-umbian dan juga
sayuran (daun papaya) diletakkan diatas batu yang menjadi pondasi. Petatas yang dimasak disini berasal dari kebun-kebun para warga. Dengan ikhlas dan sukarela para bapa dan mama memanen petatas yang ada di kebun mereka untuk kemudian dibawa, dimasak kemudian dimakan bersama-sama. Setelah
semua tertata barulah dibagian atas ditutup kembali dengan daun-daunan. Oh iya
sebelumnya daging yang akan dimasak dilapisi dahulu dengan dedaunan. Hal ini
dimaksudkan agar daging tidak gosong ketika dimasak. Ketika sang mama (sebutan
untuk wanita papua) sibuk menyiapkan bahan makanan sang Bapa (sebutan untuk
lelaki) juga tak mau kalah ambil bagian, yakni menyiapkan perapian dan bebatuan
serta kayu yang digunakan sebagai alat untuk memasak. Dan yang perlu ditiru disini adalah semangat tolong menolong dan bantu membantu yang masih awet sampai sekarang.
Setelah beberapa lama, ketika
sudah dirasa cukup masak, daging, umbi-umbian dan sayuran pun mulai diangkat
setelah sebelumnya lapisan sayur pembungkus yang ada di bagian atas dibuka satu
persatu..
Petatas, sayuran dan daging yang Siap dimakan |
Mama dan Bapa sibuk mencari petatas dan daging yang sudah masak |
Petatas yang sudah masak dimasukkan kedalam ember |
Petatas yang manis sangat cuocokk
dimakan dengan daun papaya yang pahit..:) Ayooo ke Papuaaaaaa *
0 komentar:
Post a Comment
Tolong Komentarnya sesuai dengan topik yang anda baca. Komentar yang tidak sesuai akan dihapus secara otomatis