Friday, December 21, 2012

Barapen Teknik memasak asli Papua Yang Masih Bertahan


Binggung Jam segini liat tayangan tivi yang semakin gak jelas, kondisi diluar yang sangat hening karna sehabis hujan dan tanggal tua yang tak kunjung muda dan ditambah data yang kunjung semakin membosankan ketika mulai membuka folder yang judulnya “skripsi”.
Segera Move on, buka drive E, klik folder images dan mata saya langsung tertuju ke folder  Manokwari..hmm kangen mereka disana.. Sa kangen Pustu, sa kangen Paurus, Arekson, Nervis, dan juga mandi di bendungan Prafi..Yes, kalo diingat terus memori ini gak bakalan bisa ilang. Sangat berkesan sekali hampir 2 bulan di Nusantara Timur..
Udah cukup kangen-kangenan, kali ini ane mau coba mengungkit ke permukaan tentang salah satu budaya khas dari Papua. Budaya itu biasa disebut BARAPEN.  Pengalaman berharga ini ane dapat ketika ane ke salah satu distrik di Manokwari. Distrik itu bernama Indisey untuk melaksanakan satu satu bakti mahasiwa ke masyarakat, yakni KKN.



Mungkin ada yang belom tau apa itu barapen (kalo ada yang udah diam aje yah)..Baiklah ane coba ngejelasin sedikit tentang apa itu Barapen. Barapen adalah salah satu budaya masak-memasak asli dari Papua. Budaya ini juga biasa disebut “Bakar Batu”. Yah bakar batu, jadi cara memasaknya bukan menggunakan kompor ataupun berbahan bakar lain. Batu itu disusun dan ditumpuk satu dengan lainnya (dibagian dasar) setelah itu bahan makanan seperti daging (biasanya daging babi) petatas atau umbi-umbian dan juga sayuran (daun papaya) diletakkan diatas batu yang menjadi pondasi. Petatas yang dimasak disini berasal dari kebun-kebun para warga. Dengan ikhlas dan sukarela para bapa dan mama memanen petatas yang ada di kebun mereka untuk kemudian dibawa, dimasak kemudian dimakan bersama-sama. Setelah semua tertata barulah dibagian atas ditutup kembali dengan daun-daunan. Oh iya sebelumnya daging yang akan dimasak dilapisi dahulu dengan dedaunan. Hal ini dimaksudkan agar daging tidak gosong ketika dimasak. Ketika sang mama (sebutan untuk wanita papua) sibuk menyiapkan bahan makanan sang Bapa (sebutan untuk lelaki) juga tak mau kalah ambil bagian, yakni menyiapkan perapian dan bebatuan serta kayu yang digunakan sebagai alat untuk memasak. Dan yang perlu ditiru disini adalah semangat tolong menolong dan bantu membantu yang masih awet sampai sekarang.
Setelah beberapa lama, ketika sudah dirasa cukup masak, daging, umbi-umbian dan sayuran pun mulai diangkat setelah sebelumnya lapisan sayur pembungkus yang ada di bagian atas dibuka satu persatu..
Petatas, sayuran dan daging yang Siap dimakan


Mama dan Bapa sibuk mencari petatas dan daging yang sudah masak


Petatas yang sudah masak dimasukkan kedalam ember
Petatas yang manis sangat cuocokk dimakan dengan daun papaya yang pahit..:) Ayooo ke Papuaaaaaa *

0 komentar:

Post a Comment

Tolong Komentarnya sesuai dengan topik yang anda baca. Komentar yang tidak sesuai akan dihapus secara otomatis